Sosok Laksamana Muda Tadashi Maeda Sebelum Indonesia Merdeka

ONESHINEEDU, BEKASI TIMUR - Tak sedikit warga Indonesia melupakan sosok Laksamana Muda Tadashi Maeda.

Ya, Tadashi Maeda adalah perwira tinggi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang di Hindia Belanda pada masa Perang Pasifik.

Tadashi Maeda adalah Kepala Penghubung Angkatan Laut dan Angkatan Darat Tentara Kekaisaran Jepang.

Dengan mengizinkan rumahnya di Jl. Imam Bonjol, No.1, Jakarta Pusat, untuk menjadi tempat penyusunan naskah proklamasi oleh Soekarno, Mohammad Hatta, dan Achmad Soebardjo, bersama dengan juru tik Sayuti Melik, Maeda memainkan peran yang sangat penting dalam kemerdekaan Indonesia.

Simak sosok Laksamana Muda Tadashi Maeda mengutip Wikipedia, Senin (5/8/2024).

Masa Muda Maeda

Maeda lahir pada tanggal 3 Maret 1898 di Kajiki, prefektur Kagoshima, Jepang.

Keluarga Maeda adalah keturunan kelas samurai, dan ayahnya memimpin sekolah di Kajiki.


Maeda masuk ke Akademi Angkatan Laut Jepang saat usianya 18 tahun.

Dia belajar navigasi dan menjadi letnan satu dalam Angkatan Laut Kekaisaran Jepang pada tahun 1930.

Karier Tadashi Maeda

Jejak Maeda Sebelum Perang

Maeda awalnya bekerja sebagai staf khusus seksi urusan Eropa di AL Jepang selama satu setengah tahun sebelum ditugaskan ke Markas AL Ōminato [en] dari tahun 1932 hingga 1934.

Mada fokus pada topik Jerman.

Maeda menjadi duda sepanjang sisa hidupnya karena istrinya meninggal saat dia bekerja.

Maeda ditunjuk menjadi ajudan Laksamana Muda Sonosuke Kobayashi, dan menemaninya ke Inggris Raya sebagai bagian kontingen perwakilan Jepang ke koronasi Raja George VI.

Pada tahun 1940, Maeda ditunjuk sebagai atase AL untuk Belanda, dan memperingatkan pemerintah Belanda bahwa Jerman akan menyerbu lagi setelah menyerbu Norwegia dan Denmark.

Pada Oktober 1940, Maeda ditugaskan ke Indonesia.

Saat itu masih Hindia Belanda.

Disana ia ditugaskan untuk menegosiasikan kesepakatan dagang dengan pemerintah kolonial, terutama untuk membeli minyak untuk Jepang.

Selain perdagangan, dia juga ditugaskan membangun jaringan mata-mata di Indonesia dengan bantuan warga Jepang sipil seperti Shigetada Nishijima.

Pertengahan tahun 1941, Maeda kembali ke Jepang untuk bekerja di seksi urusan Eropa.

Penjajahan Jepang dan Proklamasi

Maeda ditugaskan untuk mengatur operasi Angkatan Darat Jepang di Irian Jaya saat Jepang menyerbu Hindia Belanda.

Setelah invasi berakhir dan pemerintah kolonial Belanda runtuh, Maeda ditugaskan ke Batavia/Jakarta sebagai penghubung antara Angkatan Darat Jepang dan Angkatan Darat ke-16 Jepang.

Maeda memberikan izin kapal selam Jerman Nazi untuk beroperasi dan transit di pelabuhan Indonesia selama masa Jepang.

Pada bulan Oktober 1944, Maeda mendirikan Asrama Indonesia Merdeka setelah perdana menteri Jepang Kuniaki Koiso mengatakan bahwa Indonesia akan menjadi negara merdeka.

Salah satu tujuan asrama ini adalah untuk menghasilkan pemimpin yang akan bertanggung jawab untuk membangun negara Indonesia yang merdeka.

Kekalahan Jepang semakin dekat setelah sekutu membom Jepang pada 6 dan 9 Agustus 1945.

Hal ini mendorong generasi muda Indonesia untuk segera mendapatkan kemerdekaan.

Tiga pemimpin Indonesia, Soekarno, Mohammad Hatta, dan Radjiman Wedyodiningrat, dipanggil oleh Marsekal Terauchi, Panglima Tertinggi Jepang di Asia Tenggara, di markas besarnya di Dalat (sekarang Ho Chi Minh, Vietnam) pada tanggal 12 Agustus 1945.

Dalam pertemuan itu, Terauchi berjanji akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia pada 24 Agustus 1945.

Radio Asia Raya mengumumkan kekalahan Jepang pada 15 Agustus 1945. Hirohito, kaisar Jepang, menyerah kepada Sekutu.

Berita ini kemudian tersebar luas di kalangan generasi muda Indonesia.

Mereka ingin merdeka secepat mungkin.

Golongan muda termasuk dalam kategori ini.

Namun, orang tua ingin kemerdekaan dilaksanakan seperti yang dijanjikan Jepang untuk mencegah konflik.

Pada akhirnya, pada 16 Agustus 1945, Muhammad Hatta dan Soekarno diculik ke Rengasdengklok oleh Sukarni dan Chaerul Saleh, yang meminta mereka membacakan proklamasi segera.

Akhirnya, setelah banyak diskusi, semua orang setuju bahwa proklamasi dibacakan di luar tanggal yang ditetapkan Jepang, yaitu 24 Agustus.

Di hari yang sama, Soekarno dan Hatta dibawa kembali ke Jakarta oleh para pemuda untuk segera membuat naskah proklamasi.

Namun, hari sudah larut ketika saya tiba di Jakarta dari Rengasdengklok.

Rombongan tiba di Hotel Des Indes pada pukul 22.00.

Mereka akan memesan ruang di mana mereka akan membuat naskah proklamasi.

Sayangnya, lokasi tersebut sudah ditutup.

Pemuda tidak kehabisan ide.

Kemudian mereka menghubungi Laksamana Maeda, seorang perwira Angkatan Laut Kekaisaran Jepang yang bersimpati dengan perjuangan rakyat Indonesia.

Karena Maeda adalah Kepala Perwakilan Kaigun (Angkatan Laut Kekaisaran Jepang), rumahnya, yang sekarang beralamat di Jalan Imam Bonjol no.1, dianggap aman dan harus dihormati oleh Rikugun (Angkatan Darat Kekaisaran Jepang / Kempetai).

Oleh karena itu, dia mengizinkan rumahnya untuk dijadikan tempat perumusan naskah proklamasi dan menjamin keamanan selama pertemuan.

Sekarang rumah Maeda berfungsi sebagai Museum Perumusan Naskah Proklamasi.

Tentang Kami

Kami One Shine Edu siap membimbing anak untuk bisa belajar dengan menyediakan tenaga pengajar yang berkualitas, berkompeten dan berdedikasi.

Hal itu untuk memastikan pemahaman konsep dan peningkatan prestasi siswa.

Untuk informasi lebih lanjut hubungi kami di:

Home: Jalan H Gemin 1, Kp. Cakung, Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Email: oneshineeduconsultant@gmail.com
Phone/WhatsApp: +6281389851615

Bisa juga mengunjungi media sosial (Medsos) kami di:

TikTok: @oneshineedu.id
Instagram: @oneshineedu.id
YouTube: OneShine Edu
X (Twitter): @OneShineEdu

(IST)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *