Sikap mukmin dan muslim terhadap takdir Allah seharusnya….
Siapapun manusia yang hidup di dunia pasti pernah merasakan ujian kehidupan. Jika kita mau membedah makna dibalik sebuah ujian yang menimpa kita, maka kita akan mengetahui pesan yang diselipkan Allah SWT kepada kita. Ujian kehidupan tidak selalu berupa kemalangan maupun kesedihan, sebaliknya ujian kehidupan juga dapat berupa kesenangan maupun melimpahnya harta. Pertanyaan yang akan muncul adalah, darimana kita tahu hal tersebut adalah sebuah ujian? Indikator sederhana yang dapat digunakan adalah bagaimana hubungan kita dengan Sang Pencipta. Apakah ketika mendapatkan harta melimpah lantas kita sombong dan mudah untuk merendahkan orang lain? Ataukah justru sebaliknya kita akan semakin dermawan dan bijaksana?
Menurut Subagyo (Subagyo, 2020) ada 6 (enam) sikap yang bisa kita jadikan pedoman untuk menghadapi ujian tersebut, yaitu :
1.Sabar, karena sikap sabar ini merupakan kunci dalam menyelesaikan berbagai masalah kehidupan.
2.Semakin beriman, sebab Iman adalah pondasi hidup seorang Muslim.
3.Mengingat Allah Ta’ala. Jika mengingat Allah Ta’alamaka seorang hamba akan dilapangkan dadanya, bahkan lebih lapang dari dunia dan seluruh yang ada di dalamnya.
4.Ridha dan berkhusnudzan atas ketetapan Allah.
5.Introspeksi diri, sebagaimana dalam tafsir As-Sa’di di atas bahwa ketika ujian itu ada, maka seseorang menjadi mulia atau menjadi hina (karenanya). Dari sini, menjadi media bagi kita untuk bermuhasabah atas seluruh amal ibadah yang kita lakukan selama ini.
6.Berikhtiar mencari solusi. Setiap masalah pasti ada solusinya. Seringkali kita tidak mencari solusi tetapi justru mempermasalahkan masalah itu sendiri.
Pemuslim. Hendaknya mereka pertengahan dalam setiap perkara, tidak berlebihan dan tidak seenaknya. Baik dalam masalah ini atau permasaahan yang lain. Baik itu masalah agama atau masalah dunia (Sartono, 2020).
Dari Ka’ab san moralnya adalah ketika kita mengalami ujian baik berupa kesedihan dan kegembiraaan maka kita sebaiknya bersikap sewajarnya. Sedih dan senang boleh asal tidak berlebihan. Biarkan semuanya sesuai porsinya. Maka inilah kewajiban setiap bin Farruh, dari Qotadah, dari Mutarrif bin Abdullah, dia mengatakan
خير هذه الأمور أوساطها، وألحسنه بين السيئتين
“(Umumnya) perkara yang terbaik adalah yang pertengahan, dan kebaikan itu di antara dua kejelekan.”
Jawaban dari pertanyaan yang di tanyakan
menerima dengan senang hati dan lapang dada